Melukis Tokoh Wayang Dengan Media Buah Kelapa Gading

Sejak masih dalam kandungan hingga manusia lahir dari rahim seorang ibu, seorang manusia memiliki fase dan makna filosofi yang diritualkan oleh warga masyarakat di Blora sebagai bentuk tradisi. Salah satunya tingkeban atau mitoni, yakni saat usia bayi dalam kandungan berusia tujuh bulan.
Salah satu bagian dalam tradisi mitoni yaitu seorang Ayah akan memecah kelapa gading yang telah digambari atau dilukis terlebih dahulu.
Kelapa gading yang sudah dipecah tadi dicampur dengan rujak buah-buahan tujuh macam. Rujak ini dibuat dan disajikan dengan sebaik-baiknya supaya rasa rujaknya enak. Tradisi jawa ini mempunyai makna agar anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga.
Salah satunya dilakukan oleh Ahmad Muthohar, Pegawai Negeri Sipil Kab. Blora yang bertugas di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika (DPPKKI). Meskipun bukan seorang seniman, dirinya berusaha menggambar sendiri kelapa gading yang dipakai untuk Tingkeban anak pertamanya.
Kelapa gading yang ia gambari tokoh pewayangan, Arjuna dan Dewi Shinta. Selain itu dituliskan lafadz Bismillahirohmanirrohim. Harapannya, kelak anak menjadi kebanggaan orangtuanya.
“Tradisi Jawa harus dipegang teguh dan dilestarikan, saya gambar sendiri sebisanya,” katanya, Kamis (14/9).
Mitoni ini, lanjutnya sebagai bentuk harapan orangtua agar disaat persalinan nanti berjalan lancar, juga sebagai bentuk ungkapan syukur kepada sang pencipta.
Sebagai orang Jawa, kata dia,  akan terus menjaga tradisi para leluhurnya agar jangan sampai punah. 
“Budaya jawa tidak akan pernah punah, selama masyarakat Jawa masih mau melestarikan budaya jawa yang sarat dengan falsafah kehidupan,” ujarnya. (DPPKKI Kab. Blora)
Diberdayakan oleh Blogger.